The Ultimate Traditional Wedding Ceremony:Accommodating Generation Gap of Javanese Familyin Celebrating Nostalgic Moment

Traditional wedding ceremony legacy helps people to understand their own history, traditions and family better. Marriage is considered as one of the important stages in human life, for a new will be formed next generation family. It also necessary hold traditional since it very first beginning entering level life cycles Javanese people. still popular over generations whilst actually lives remains amongst society becomes valuable cultural experience People not only celebrate party but make nostalgic moments, which sometimes spark conflict between generations. This research would describe about how communication contributes its influence accommodating gap improve relationship bonding, especially through ceremony. In gap, focuses on patterns convergence behaviours. The constructivist paradigm was applied phenomenon absorbing qualitative methods were used collect data by participant observation sampling purposive sampling. study found out that accommodation can resolve problem interaction harmonious interaction. There are surely so many differences generations, such attitudes, focus, priorities, lack willingness providing information doing voluntary disclosure become another issues However, during experiences teaches more than just values conventions. shows moral virtues, generosity, hospitality, love, respect, soul tradition itself accommodates gap. Warisan upacara pernikahan tradisional membantu orang dalam memahami sejarah, tradisi, dan keluarga mereka sendiri dengan lebih baik. Pernikahan dianggap sebagai salah satu tahapan penting kehidupan manusia, karena sebuah baru akan terbentuk generasi penerus keluarga. Mengadakan juga menjadi ini adalah awal pertama untuk memasuki tingkat siklus hidup lanjut bagi masyarakat Jawa. Upacara masih ocusa dari ke benar-benar dijalani di pengalaman budaya yang berharga orang-orang. Orang-orang tidak hanya merayakan pesta tetapi membuat momen nostalgia, terkadang memicu konflik antar generasi. Penelitian menjelaskan tentang bagaimana komunikasi memberikan kontribusi pengaruhnya mengakomodasi kesenjangan meningkatkan ikatan hubungan, terutama melalui tradisional. Dalam menjembatani generasi, berfokus pada pola konvergensi perilaku komunikasi. Paradigma konstruktivis diterapkan menggambarkan fenomena Jawa menyerap warisan Metode kualitatif digunakan mengumpulkan observasi partisipan pengambilan sampel menemukan bahwa penjembatan tersebut dapat menyelesaikan masalah menjadikan interaksi harmonis. ocusada begitu banyak perbedaan antara generasi-generasi, seperti sikap, ocus, prioritas, kurangnya kemauan informasi melakukan pengungkapan sukarela lain interaksi. Namun, selama tradisional, mengajarkan sekadar nilai-nilai konvensi. Ini menunjukkan kebajikan moral, kemurahan hati, keramahan, cinta, rasa hormat, jiwa tradisi itu